REVIEW BUKU ARSITEKTUR MASA KINI

Judul buku; Arsitektur Ekologis
PENGARANG; Heinz Frick, Tri Hesti Muliani
PENERBIT; KANISIUS
DIPRESENTASIKAN OLEH ; Daeng Satrio JK, Yuda Satria Burnama

Arsitektur Ekologis sebenarnya mengambil prinsip-prinsinp dasar ilmu ekologi yaitu hubungan timbal balik antara mahluk hidup (manusia, tumbuhan dan hewan) dan lingkungannya. Arsitektur ekologis belajar untuk tidak mengabaikan apapun yang berhubungan antara kehadirannya dengan alam atau lingkungan sekitar. Hal ini mirip dengan simbiosis mutualisme dalam rantai makanan dimana suatu komunitas digambarkan seperti sebuah lingkaran, artinya apabila 1 rantai saja terputus maka akan berpengaruh ke semuanya dan komunitas itu akan rusak.
Berangkat dari konsep tersebutlah maka arsitektur ekologis melihat detail dari dialog kehidupan sebuah komunitas. Dia membaca betul fenomena lingkaran komunitas tersebut kemudian mengadopsi sebagai konsep sebuah langgam arsitektur ekologis.
Satu contoh sederhana sebuah transformasi dari konsep ekologis ke dalam Arsitektur adalah hubungan antara bahan material bangunan-cara membangun-dan hasil dari sampah pembangunan. Jika Kita menggambarkan sebuah lingkaran maka hasilnya adalah sampah bangunan itu bukanlah ujung atau akhir dari proses melainkan akan berputar menjadi sampah pembangunan yang dimanfaatkan kembali menjadi bahan material bangunan. Seterusnya seperti itu tidak terputus.
***



Judul buku; Green Architecture.
Pengantar Pemahaman Arsitektur hijau di Indonesia
PENGARANG; Tri Harso Karyono
PENERBIT; Rajawali Pers, 2010
DIPRESENTASIKAN OLEH ; Oni Agung Kurnia, Cristina Sugestiani
  
Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
 Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Berkelanjutan artinya dapat diperbaharui atau mampu memperbaharui diri sehingga sumber daya alam tidak akan habis.
Arsitektur hijau sebenarnya juga mengambil konsep Go Green yang menjadi isu penyelamatan bumi dari pemanasan global atau kerusakan lingkungan. Ada istilah yang cukup akrab kita dengar yaitu 4R ( Reduce, Reuse, Recycle, Renewable).
1.      Reduce ; Kegiatan mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku manusia yang dapat mengurangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan.
2.      Reuse ; Kegiatan menggunakan kembalimaterial atau barang yang masih layak pakai.
3.      Recycle ; Kegiatan mengolah kembali ( atau mendaur ulang ).
4.      Renewable ; memilih atau menggunakan barang atau sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Ke 4 konsep Green ini lah yang kemudian berkembang dan masuk ke ranah arsitektur, sehingga akhirnya muncul tren atau style Arsitektur hijau.
***


Judul buku; Arsitektur Modern.
PENGARANG; Dr. Ir. Yulianto Sumalyo
PENERBIT; Gajah Mada University Press
DIPRESENTASIKAN OLEH ; Winda Dosi Pramudika, Etik Suryaningsih
Arsitektur Modern Muncul karena adanya revolusi industri (awal abad XIX). Karena muncul di era isdustri maka produk arsitektur modern ini dihasilkan oleh industri. Sistem pemikirannya seperti mesin, yang memfokuskan kepada fungsional bangunan saja dan mulai meninggalkan detail detail atau oranamen yang rumit yang ada pada era arsitektur sebelunya yaitu arsitektur klasik.
Pada awal kemunculannya, banyak tokoh arsitek yang mengkritisi seperti Augustus Welby Northmore Pugin yang mengatakan “Dalam beberapa hal, saya siap untuk menerima bahwa penemuan baru telah membawa kesempurnaan, tpi perlu diingat hal itu dibuat oleh mesin. Saya tidak ragu-ragu mengatakan jika karya seperti itu meningkat maka karya-karya seni dan kerajinan murni akan turun”
Kekawatiran tersebut memang kemudian dapat di maklumi, namun pada akhirnya arsitektur modern semakin berkembang dan justru teori-teorinya banyak digunakan pada ilmu arsitektur di masa sekarang. Diantara teori tersebut adalah “Form Follows Function”  oleh Louis Henri Sullivan, yang artinya bentuk mengikuti fungsi.
“Arsitektur modern merupakan gaya arsitektur yang beranjak meninggalkan gaya klasikisme dan dibangun dengan bahan modern dan dengan teknologi modern dimana fungsi adalah hal utama yang harus dipertimbangkan.”
***


Judul buku; Arsitektur Dekonstruksi.
PENGARANG; Josef prijotomo, Juliastono
PENERBIT; KANISIUS
DIPRESENTASIKAN OLEH ; Novi Maulana
Arsitektur Dekonstruksi termasuk dalam arsitektur modern. Yang melatar belakangi kemunculannya adalah keberhasilan paham kapitalis dan era kemajuan teknologi.
Arsitektur ini dapat dilihat dari bentuk arsitekturnya menonjolkan pada bentukan geometrinya, sehingga saya mengasumsikan bahwa arsitektur dekonstruksi murni ingin menunjukkan dirinya dari bentuk saja. Bentuk arsitekturnya yang sangat atraktif seingga seolah menggerakkan hasrat arsitek untuk ikut berkarya dan mendesain hal yang ‘serupa’.
Sulit untuk memahami makna dari dekonstruksi itu sendiri, bahkan seakan dekonstruksi adalah suatu kebebasan tanpa harus mengikuti aturan yang ada, tapi intinya semua itu berujung ke pada hasil yang sama. Seperti yang di ungkapkan Derida dalam buku ini “Kebenaran itu sifatnya imperatif. Apakah seseorang menggunakan metode fenomenologis,strukturalis ataupun hermeneutik, ia pasti akan mencapai kebenaran”.
Arsitektur dekonstruksi dilakukan dengan cara mengungkapkan aspek-aspek yang selama ini dianggap “tertindas”. Jika selama ini upaya arsitektural diarahkan untuk mencapai keindahan yang serasi dari berbagai aspek sebagai tujuan perancangan, maka arsitektur dekonstruksi sengaja berusaha menciptakan “tabrakan”, dari berbagai permainan kata bentuk, dengan harapan menciptakan lebih banyak nuansa dan artian yang lebih dalam.
Produk dekostruksi dapat di lihat dari 3 aspek berikut :
1.   Deformasi = Berdasarkan pada keselarasan antar wujud masa
2.   Transformasi = Selalu mengandung unsure transparan
3.   Pelapisan= Mendukung kegiatan atau fungsi bangunan
Relevansi di dalam arsitektur ini menjelasakan bahwa tidak seorangpun tahu kemana arah dekonstruksi akan berkembang dan dia sendiri tidak kuasa menghindarkan diri menjadi arsitektur “fashionable”.
Sulit untuk mendapatkan filosofi dari arsitektur dekonstruksi, bahkan mungkin tak berfilosofi merupakan suatu sikap yang sangat filosofis. Sehingga suatu ketidakpastian kemana arah dekonstruksi berikutnya merupakan sebuah kepastian itu sendiri.
***



Comments

Popular posts from this blog

Studio perancangan Arsitektur 3

Sketsa Gambar Teknik

Kuliah Kerja Lapangan ( college field work ) Report [6]